
Api abadi ini tidak pernah padam meski diguyur hujan lebat sekalipun. Nyala api abadi ini berada di dalam lingkaran pagar jadi warga sekitar tidak perlu takut api ini akan menjalar ke rumah mereka. jika tanah disekitar titik api ini digali maka akan timbul nyala api yang besar berwarna biru seperti pada kompor gas dan bertekanan udara.
Pemilik kawasan wisata ini adalah bapak H.Ali. menurut beliau tanah ini adalah warisan turun temurun keluarganya. menurut cerita rakyat disana, kenapa daerah tersebut dapat memancarkan nyala api yang tak pernah mati adalah berawal dari seorang pemuda bernama Hadagi yang belajar islam. dan kemudian ia menyebarkan ajaran islam didesa larangan tokol tersebut. karena kepandaiannya ia memperoleh julukan “Ki Moko” dari warga sekitar. suatu ketika Ki Moko ingin mempersunting seorang putri Palembang dengan mas kawin berupa mata ikan yang ia dapatkan di sungai timur. ikan itu sejenis lele yang kata orang Madura disebut dengan juko’ ketteng (Bahasa madura). kemudian mata ikan itu dibawa untuk dipersembahkan kepada putri palembang sebagai mas kawinnya. peristiwa ajaib pun terjadi, mata ikan itu berubah menjadi mutiara.
Kemudian pesta pernikahan pun dilangsungkan tepat di bawah pohon Palembang, karena keadaan yang gelap, maka Ki Moko menancapkan tongkatnya ke tanah. Peristiwa ajaib kembali terjadi. seketika muncullah api dari bekas tancapan tongkat tadi. dan titik api itulah hingga kini masih terus menyala dan dinamakan dengan api tak kunjung padam.

Tempat wisata ini buka 24 jam penuh apalagi karcis masuknya sangat murah yaitu Rp500 untuk kendaraan roda dua dan Rp5000 untuk mobil. Karena kawasan wisata tersebut sangat indah apabila dinikmati malam hari maka daerah itu sering dijadikan sebagai tempat perkemahan. tahun 2006 lalu kawasan wisata ini dijadikan tempat Jambore Pramuka se-Jatim. selain itu tempat ini merupan salah satu tempat romantis bagi kaum muda-mudi yang ingin berkunjung kesana dengan orang spesial.
Kini yang tampak bukan keunikan alamnya berupa tanah yang terus-menerus mengeluarkan api. Ia lebih mirip perkampungan kumuh yang sesak dengan warga dan peralatan-peralatan rumah tangganya. Maya salah seorang pengunjung asal Surabaya, mengaku sangat menyayangkan keberadaan tempat wisata di Pamekasan ini. Ia berharap, pemerintah setempat mau segera melakukan penanganan serius terhadap tempat wisata yang sebenarnya cukup unik tersebut.(...)