Realisasi program sistem informasi administrasi kependudukan (SIAK) memasuki babak baru. Kemarin (21/11), program tersebut diuji coba di enam kecamatan. Secara bertahap, uji coba itu akan dilakukan di 31 kecamatan.
Enam kecamatan tersebut adalah Bubutan, Asemrowo, Krembangan, Sukomanunggal, Karang Pilang, dan Wonokromo. Sehari sebelumnya, uji coba dilakukan di Kecamatan Rungkut sebagai pilot project program itu. Uji coba tersebut meliputi penggantian nomor induk kependudukan (NIK) lokal menjadi NIK nasional, membuat koneksi jaringan antara kecamatan ke dinas kependudukan dan pencatatan sipil (dispenduk capil), serta mencetak KTP baru berbasis SIAK.
Kepala Dispenduk Capil Ismanu mengatakan, uji coba akan dilaksanakan setiap hari di enam kecamatan. Cetak ulang KTP secara serentak dilakukan setelah uji coba di 31 kecamatan sukses. Uji coba itu dijadwal kelar pada 26 November mendatang. “Setelah itu kami evaluasi. Baru akan di-launching serentak,” ujarnya ketika mengawasi uji coba SIAK di Kecamatan Bubutan kemarin.
Kecamatan Bubutan memiliki sekitar 14 ribu warga. Jumlah itu tersebar di lima kelurahan. Yakni, Bubutan, Tembok Dukuh, Jepara, Gundih, dan Alun-Alun Contong. Jika program SIAK dimulai, seluruh warga tersebut tak perlu lagi membuat KTP model lama (simduk). “Semua akan beralih ke KTP SIAK,” ujarnya.
Ismanu menambahkan, warga Surabaya yang belum mengikuti program sijari diimbau segera ke kelurahan untuk diambil sijarinya. Sebab, sijari merupakan salah satu syarat untuk bisa membuat SIAK. Dua program itu sengaja dibuat terintegrasi untuk memperkuat validitas data kependudukan. “Nanti, tidak hanya NIK-nya saja yang diubah, tapi sidik jari warga juga akan diambil ulang untuk memastikan apakah datanya sudah akurat. Kalau sidik jari warga yang bersangkutan belum diambil, data tidak akan keluar,” terang alumnus Untag tersebut.
Dengan sistem yang baru, kata Ismanu, petugas kecamatan tidak bisa sembarangan menerbitkan KTP. Sebab, database kependudukan tersentral di Dispenduk Capil. “Yang menandatangani KTP tidak lagi camat, tapi kepala dinas. Kalau ada oknum yang mau seenaknya mencetak KTP, pasti tidak akan bisa,” ujarnya.
Program SIAK tidak hanya membuat koneksi antar-kecamatan dan dispenduk capil. Menurut Ismanu, sistem data kependudukan itu akan diperluas terus. “Nanti, koneksi akan menjangkau seluruh kota di Indonesia,” katanya. (....)
Kecamatan Bubutan memiliki sekitar 14 ribu warga. Jumlah itu tersebar di lima kelurahan. Yakni, Bubutan, Tembok Dukuh, Jepara, Gundih, dan Alun-Alun Contong. Jika program SIAK dimulai, seluruh warga tersebut tak perlu lagi membuat KTP model lama (simduk). “Semua akan beralih ke KTP SIAK,” ujarnya.
Ismanu menambahkan, warga Surabaya yang belum mengikuti program sijari diimbau segera ke kelurahan untuk diambil sijarinya. Sebab, sijari merupakan salah satu syarat untuk bisa membuat SIAK. Dua program itu sengaja dibuat terintegrasi untuk memperkuat validitas data kependudukan. “Nanti, tidak hanya NIK-nya saja yang diubah, tapi sidik jari warga juga akan diambil ulang untuk memastikan apakah datanya sudah akurat. Kalau sidik jari warga yang bersangkutan belum diambil, data tidak akan keluar,” terang alumnus Untag tersebut.
Dengan sistem yang baru, kata Ismanu, petugas kecamatan tidak bisa sembarangan menerbitkan KTP. Sebab, database kependudukan tersentral di Dispenduk Capil. “Yang menandatangani KTP tidak lagi camat, tapi kepala dinas. Kalau ada oknum yang mau seenaknya mencetak KTP, pasti tidak akan bisa,” ujarnya.
Program SIAK tidak hanya membuat koneksi antar-kecamatan dan dispenduk capil. Menurut Ismanu, sistem data kependudukan itu akan diperluas terus. “Nanti, koneksi akan menjangkau seluruh kota di Indonesia,” katanya. (....)