Indonesia tidak hanya punya
Jokowi,tokoh local yang dianggap pantas memimpin negeri.Ada sejumlah pemimpin
daerah yang cerdas dan tangkas,member solusibagi permasalahan bangsa meski
tidak jarang dari hingar- binger sorotan media.
Nama Joko Widodo, Walikota Surakarta yang
terpilih jadi Gubernur DKI Jakarta sudah kerap menghiasi media internasional.
Kini giliran Walikota Surabaya,Tri Rismaharini, yang makin sering mendunia.Baru-baru ini, namanya disebut dalam artikel
berjudul "Surabaya's Mrs. Mayor: Indonesia's Best-Kept Secret" yang
ditulis Stanley Weiss, mantan petinggi perusahaan tambang sekaligus pendiri
Business Executives for National Security.
Seperti dimuat situs Huffington Post, 20 Agustus
2013, Stanley mengawali tulisannya dengan mengupas sejarah Surabaya sebagai
kota kedua terbesar di Indonesia. Dari legenda pertempuran dahsyat Sura -- hiu
putih raksasa dengan Baya -- sang buaya. Peran kota tersebut sebagai pelabuhan
utama di Asia Tenggara di akhir tahun 1200-an, dan menjadi perebutan para
penjajah, dari VOC, Belanda, Jepang, lalu Sekutu. Juga keberanian warganya yang
membuat Surabaya punya dengan bangga sebagai "Kota Pahlawan".
"Hari ini Surabaya punya pahlawan baru dalam
bentuk walikota, Tri Rismaharini. Dikenal dengan Ibu Risma, Walikota Surabaya
tersebut adalah bagian dari generasi pemimpin baru, diberdayakan oleh
desentralisasi kekuasaan di seluruh Indonesia, dan siap untuk merebut tampuk
kepemimpinan nasional," tulis Stanley Weiss.
Stanley menambahkan, Bu Walikota kerap terlihat
pada pukul 05.30 sedang memunguti sampah di sepanjang jalan. Sore hari, ia
terlihat melempar bola ke anak-anak yang asyik bermain di taman dan
mengingatkan mereka untuk rajin belajar. Sementara saat hari gelap, Risma
sering patroli ke taman, memarahi anak di bawah umur karena keluyuran malam.
Dan jika lalu lintas tersendat dan macet, perempuan berkerudung itu kerap
keluar dari mobilnya untuk mengatur jalan.
Risma juga masih sempat menjadi tamu dalam sebuah
acara radio, menjawab segala macam pertanyaan warga, dari penggusuran, saluran
got yang tersumbat, bahkan terkadang, yang tak senonoh sekalipun.
Berlatar belakang arsitektur, Risma mulai
terkenal pada 2005 saat menjabat sebagai Kepala Dinas Kebersihan dan
Pertamanan. Mengubah Surabaya, yang oleh seorang novelis Belanda disebut,
"kota kotor penuh pretensi dan keserakahan" menjadi "Sparkling
Surabaya" - -- Surabaya yang bersinar.
Tak hanya taman, Risma juga punya program pendidikan
dan kesehatan gratis bagi mereka yang tak berpunya, sembari memangkas
inefisiensi dalam jajaran birokrasinya.Putri pedagang kecil itu juga rajin belajar dari
keberhasilan kota lain. Mengadopsi lampu jalan Kota Berlin, juga pendidikan
yang lebih baik dari Seoul.
Salah satu tujuan utamanya adalah mengembangkan bukan hanya infrastruktur kota dan ekonomi, tetapi juga warganya, melalui program pendidikan dan peningkatan kesadaran - menghabiskan 35 persen anggaran Surabaya pada pendidikan, jauh lebih tinggi dari standar nasional.
Bukannya tanpa tantangan, Risma nyaris tersingkir
dari jabatannya sebagai walikota gara-gara kebijakannya soal papan reklame. Ia
dan keluarganya juga pernah menerima ancaman mati gara-gara mengimplementasikan
sistem pelelangan online yang transparan, e-procurement, yang pertama di
seluruh nusantara, saat menjadi KepalaBadan Perencanaan Kota Surabaya.
Namun Risma tetap kukuh. Saat memimpin Surabaya
ia putar otak mengoptimalkan potensi kota. Salah satunya berusaha meningkatkan
sektor pelabuhan dengan menggagas pembicaraan dengan pemerintah pusat, juga
pejabat Belgia, yang terakhir untuk mendiskusikan kerja sama "sister
city" antara Surabaya dan Antwerp -- salah satu lokasi pelabuhan
terpenting Eropa.
"Ide-ide kreatifnya membuat pertumbuhan
ekonomi Surabaya meningkat lebih dari 7,5 persen sejak memimpin pada 2010
silam. Ia pun diganjar penghargaan bergengsi, 2012 Women Leader Award dari
Globe Asia."
Meski digadang-gadang jadi pemimpin nasional,
Risma mengaku tidak berambisi politik. Sebab, menurutnya, menjadi walikota,
gubernur, bahkan presiden adalah tanggung jawab yang luar biasa. Tak hanya soal
memecahkan masalah, seperti banjir, "tapi bagaimana membantu orang
berkembang dan menjadi sukses."
"Saat ia bicara, saya teringat pada logo
Surabaya -- pertarungan hiu dan buaya. Sebagai walikota, Ibu Risma telah
belajar untuk menjinakkan benturan kepentingan yang bersaing sengit. Apa lagi
yang bisa dia lakukan untuk seluruh Indonesia?" tulis Stanley.(,,,,)