Putra
Mahkota Thailan, Maha Vajiralongkora,direncanakan akan memberikan hadiah kepada
para pemenang musabaqah tilawatil Quran (MTQ). Acara tahunan ini selalu ia
hadiri, dan ketua majelis Islam setempat menyebut sang putra mahkota 'ikut
bersalawat.'
Vajiralongkorn
ditetapkan sebagai pengganti Raja Bhumibol Adulyadej, yang meninggal bulan lalu
setelah bertahta selama 70 tahun, namun belum dinobatkan.
Putra
mahkota berusia 64 tahun ini akan memberikan hadiah kepada para pemenang di
Masjid Jami Pattani dan juga mengunjungi satu sekolah untuk memberikan
penghargaan kepada para siswa dan para imam, Senin mendatang (14/11) kata Ketua
Majelis Islam Patttani, Waeduramae Mamingji.
"Pilihan
beliau untuk datang menunjukkan hubungan dekat dan sangat mengutamakan ini.
(Putra mahkota) datang setiap tahun, termasuk Maulud Nabi (Muhammad) dan
bersalawat bersama orang Islam," kata Waeduramae kepada wartawan BBC
Indonesia, Endang Nurdin.
"Kami
dapat lihat dari gerakan mulutnya (bersalawat) dan beliau juga menanyakan isi
kandungan doa....Biasanya (selain) gerakan mulut mengikuti salawat, juga
menadahkan tangan (tanda doa)," tambah Waeduramae.
Tiga
provinsi di Thailand selatan merupakan mayoritas Muslim dan dalam puluhan tahun
terakhir dilanda konflik oleh kelompok yang menuntut memisahkan diri.
Gubernur
Provinsi Pattani Veeranan Pengchan mengunjungi sekolah Benjamarachuthit Pattani
dan masjid pekan lalu sebagai persiapan kunjungan putra mahkota, menurut media
Thailand.
Vajiralongkorn
meminta penundaan penobatannya untuk berduka, keputusan yang diumumkan oleh
junta militer.
Masa
duka selama 30 hari untuk Raja Bhumibol berakhir pada 14 November namun bagi
pegawai negeri dan banyak kalangan lainnya masa duka berlangsung satu tahun
setelah Bhumibol dikremasi.
Ahmad
Umar, wakil rektor Universitas Fatoni, Patani, Thailand selatan mengatakan
kunjungan Vajiralongkorn ini menunjukkan "ia dekat dengan rakyat
Muslim." Ahmad menyatakan sebelumnya putra mahkota Thailand ini
"banyak memberikan perhatian kepada masyarakat Islam" di tiga
provinsi dengan penduduk mayoritas Islam itu.
Namun
akademisi dari Universitas Thammasat, Bangkok, Onanong Thipimol mengatakan,
lawatan dan kedekatan penduduk Muslim di selatan, tidak akan membantu banyak
dalam menyelesaikan konflik yang telah terjadi selama puluhan tahun itu.
"Kelompok
yang terlibat dalam konflik (yang menuntut pemisahan diri) tidak diterima di
Majelis Islam, begitu juga sebaliknya mereka tidak menerima (mengakui)
majelis," kata Onanong.
"Jadi
tak ada hubungannya terkait upaya (melakukan) dialog lagi karena kekerasan
masih terjadi...Tapi mungkin (kunjungan ini) ada pengaruhnya terhadap perasaan
masyarakat biasa (di selatan)," tambahnya.
Pekan
lalu, tiga orang ditembak mati dalam serangan yang terjadi pada saat kunjungan
menteri baru di daerah Yingo, Narathiwat.
Tak
banyak yang diketahui tentang putra mahkota dan anggota kerajaan lain karena
adanya undang-undang yang ketat, lesse majeste, yang membatasi pembicaraan
tentang keluarga kerajaan. Semua media yang berkantor di Thailand juga harus
melakukan sensor pribadi agar tak terjerat oleh undang-undang dengan hukuman
maksimum 15 tahun penjara, bagi yang dianggap menghina kerajaan. Pemerintah
telah meningkatkan penjagaan keamanan sejak Raja Bhumibol meninggal.